HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM SIFAT-SIFAT DASAR KAYU
Nama Percobaan : 1. Penyiapan Sampel Tumbuhan
2. Penentuan Faktor Kelembaban/Moisture Factor
3. Ekstraksi
4. Maserasi
5. Pemekatan
Kelompok : 8(Delapan)
Nama : 1. Muhammad Rafii Nur Fauzan (1404015189)
2. Ahmad (1404015191)
3. Muhammad Haris Hamonangan (1404015193)
4. Muhammad Adnan Kusuma (1404015197)
5. Sandy Aristian (1404015199)
6. Eriko Ragil Martino (1404015201)
7. Mas Ayu Angraini (1404015203)
8. Eriana Tripatmawati (1404015205)
Program Studi :Kehutanan
Mengetahui,
Asisten Pendamping
|
Samarinda,16 Desember 2015
Tim Penyusun
|
Desi Fresensia
|
Kelompok 8
|
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmad serta inayahnya laporan Sifat Sifat Dasar Kayu dapat selesai dengan baik. Laporan ini diselesaikan guna memenuhi tugas praktikum Sifat Sifat Dasar Kayu di Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman.
Kami ucapkan terima kasih kepada dosen Sifat Sifat dasar kayu yang telah membimbing dalam bentuk materi perkuliahan dan kepada dan kepada seluruh asisten Laboratorium Kimia Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. yang telah membantu dalam proses praktikum dan penyusunan laporan dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Kami mohon maaf jika ada kekurangan dalam penyusunan laporan ini, kami berharap laporan ini berguna untuk pembelajaran di Fakultas Kehunan Universitas Mulawarman. Kritik dan Saran guna perbaikan dimasa yang akan datang.
Samarinda, Desember 2015
Tim Penyusun
Kelompok VIII
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kadar air ( Moisture Content ) adalah perbandingan berat air terkandung dalam tanah dengan berat kering tanah. kegunaannya untuk menentukan air yang terkadung dalam tanah yang dinyatakan dalam satuan persen. (Anonim, 2010a) Proses pengeringan merupakan salah satu penanganan bahan pangan untuk menjaga pengawetan bahan pangan lebih lama. Proses pengeringan pada dasarnya ditentukan oleh pengaturan suhu yang baik yang merupakan faktor terpenting dalam pengawetan pangan dan mutu bahan pangan yang dihasilkan. (Anonim, 2010a) Pengeringan dapat diartikan pula sebagai proses pemindahan panas dan uap air secara simultan, yang memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari permukaan bahan, yang dikeringkan oleh media pengering yang biasanya berupa panas(Anonim, 2010a)
Pada dewasa ini, pemisahan dengan menggunakan ekstraksi semakin sering digunakan dan semakin populer. Alasan utamanya adalah pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat pelarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur , seperti benzena, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbada dalam kedua fase pelarut (Anonim, 2011). Dalam ekstraksi, pelarut umum dipakai adalah air dan pelarut organik lain seperti CHCl3, eter atau pentana. Garam anorganik, asam-asam dan basa-basa yang dapat larut dalam air bisa dipisahkan dengan baik melalui ekstraksi ke dalam air dari pelarut yang kurang polar. Ekstraksi lebih efisien bila dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut yang lebih kecil daripada jumlah pelarutnya banyak tetapi ekstraksinya hanya sekali (Anonim, 2011) Salah satu contoh pemisahan dengan menggunakan metode ekstraksi yaitu pemisahan minyak atsiri dari biji pala. Pertama tama yang dilakukan adalah mengambil kandungan minyak lemak dari bijinya, baru kemudian dilakukan pemurnian untuk mendapatkan minyak esensial atsirinya saja. (Anonim, 2011).
Evaporasi merupakan proses pemekatan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan pelarut. Proses evaporasi akan menurunkan aktivitas air dalam bahan hasil pertanian, penurunan aktifitas air ini akan membuat bahan lebih awet karena proses pertumbuhan pada mikroba akan terhambat. Bahan hasil pertanian merupakan bahan pangan yang mudah rusak dan tidak tahan lama. Oleh karena itu butuh penanganan lebih lanjut seprti evaporasi. Contoh produk hasil evaporasi adalah jam, jelly, gula pasir, kecap dan susu kental manis. (Luqman 2012)
Proses evaporasi selain berfungsi menurunkan aktivitas air, evaporasi juga dapat meningkatkan konsentrasi atau viskositas larutan dan evaporasi akan memperkecil volume larutan sehingga akan menghemat biaya pengepakan, penyimpanan, dan transportasi.(Luqman 2012)
1.2. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami dan melakukan teknik penentuan faktor kelembapan atau moisture factor (MF) dari sampel tumbuhan.
2. Mahasiswa dapat memahami dan melakukan teknik ekstraksi untuk analisis kimia
3. Mahasiswa dapat memahami dan melakukan teknik pemekatan larutan ekstrak dengan menggunakan pemekat berputar (rotary evaporator)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. MC (Moisture content) Mungkin bagi para perajin dan pekerja diperusahaan furniture, kata“MC “ terasa sangat akrab ditelinga mereka. ” MCnya berapa ?”, adalah sebuah pertanyaan yang dapat menghakimi kualitas dan harga furniture dari perajin. (Anonim, 2012a)
Lalu apa sebenarnya MC itu ??
Moisture Content secara harfiah berarti kadar kelembaban, secara umum orang menyebutnya kadar air atau kadar kering kayu. Secara umum pengertian MC memang kadar air dalam kayu. Lebih spesifik dapat dilihat pada rumus dibawah:
Moisture Content = ((Wet weight - Ovendry weight) / Wet weight ) x 100%
Wet wight : Berat kayu basah
Oven dryweight : berat kayu kering. Yang dimaksud berat kayu kering ini adalah berat kayu
setelah melalui proses pengeringan pada suhu 100° celcius selama 48 jam. (Anonim, 2012a)
Moisture Content (MC) dalam lingkup rumus diatas adalah dalam lingkungan laboratorium atau dalam kondisi percobaan. Dalam kenyataannya MC sebuah papan kayu selalu dipengaruhi oleh kelembababan relative (relative humidity atau RH).Uap air dalam lingkungan sekitar akan selalu berusaha masuk kedalam kayu untuk mengisi ruang ruang kosong pada sel kayu yang telah ditinggalkan “free water” setelah proses pengeringan hingga mecapai keseimbangan (equal) dengan kelembaban relative atau kelembaban lingkungan sekitar. MC kayu mencapai keseimbangan dengan lingkungan sekitar lebih disebut Equilibrium Moisture Content (EMC). Pada saat EMC tercapai maka secara logis tidak akan terjadi perubahan MC pada kayu lagi, karena semua sel kayu telah terisi uap air.((Anonim, 2012a)
Contoh sederhana dari kondisi diatas adalah pada saat kayu keluar dari kilndry dengan MC sesuai yang kita inginkan, beberapa hari kemudian jika kita test MC akan terjadi pertambahan nilai MC sampai pada waktu tertentu MC tidak akan berubah lagi.(Anonim, 2012a)
Seperti banyak produk, kacang memiliki kadar air (MC) "sweet spot" di mana mereka cukup kering untuk memenuhi spesifikasi kualitas pelanggan tapi tidak begitu kering yang mereka istirahat selama pengiriman. Untuk memeriksa kualitas andal sebagai kacang diproses, dikirim, disimpan, dan digunakan sebagai bahan, produsen memerlukan metode kelembaban yaitu: (Anonim, 2010a)
Sangat akurat: kerugian-on pengeringan metode tradisional hanya mencapai ± 0,5% MC.
Dalam kacangkacangan, yang margin kesalahan seringkali lebih besar dari perbedaan antara kacang yang memecah karena terlalu kering dan salah satu yang mengandung terlalu banyak air.(Anonim, 2010b)
Dalam kacangkacangan, yang margin kesalahan seringkali lebih besar dari perbedaan antara kacang yang memecah karena terlalu kering dan salah satu yang mengandung terlalu banyak air.(Anonim, 2010b)
Diverifikasi: Saat ini, sebagai salah satu manajer pengendalian mutu memasukkannya, "pemasok saya ceritakan apa kadar air adalah ketika dikirim, tetapi mereka dapat mengatakan apa pun yang mereka inginkan, karena kita tidak memiliki standar yang dapat diandalkan untuk mengukur melawan." (Anonim, 2010b)
HALAMAN PENGESAHAN
Sederhana untuk melakukan: Operator akan bervariasi dalam pendidikan, pelatihan, dan keterampilan. Metode ini harus menjadi salah satu yang setiap orang minimal terlatih dapat melakukan secara akurat.(Anonim, 2010b)
Sebuah metode baru analisis kelembaban menawarkan janji dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Metode ini mengukur kadar air dengan menggunakan metode aktivitas air titik embun.(Anonim, 2010b)
Kegiatan Air dan Kadar Air
Aktivitas air mengkuantifikasi status energi air dalam suatu produk dan menggunakan aw notasi. Ini adalah ukuran dari kerentanan mikroba diterima oleh Departemen Pertanian AS dan komponen kunci dalam banyak analisis bahaya dan rencana titik kontrol kritis. Hal ini dapat diukur dengan ± 0.003 akurasi aw menggunakan tes yang sederhana dan tepat (makna yang tepat apakah instrumen memberikan jawaban yang sama setiap kali). Tapi hal itu dapat digunakan untuk menemukan kadar air.(Anonim, 2010b)
Sejak bekerja dengan ahli kimia di tahun 1930-an, ilmuwan makanan telah diketahui bahwa kadar air dan aktivitas air terkait. Hubungan, disebut isoterm sorpsi air, adalah grafik yang menunjukkan bagaimana air terserap ke dalam, dan diserap dari, produk diselenggarakan pada suhu konstan.(Anonim, 2010b)
Isoterm yang kompleks-unik untuk setiap produk dan mengejutkan tak terduga. Pada 1980-an dan 1990-an, banyak penelitian masuk ke membuat isoterm untuk produk umum dan bahan-bahan, tapi proses itu melelahkan-satu titik pada isoterm bisa memakan waktu beberapa minggu untuk menghasilkan.(Anonim, 2010b)
Isoterm begitu mahal dan memakan waktu untuk membuat mereka berada di luar jangkauan semua tetapi laboratorium besar beberapa. Dan kegunaan mereka terbatas karena mereka tidak memiliki baik resolusi-grafik mungkin dibangun dari hanya enam poin, misalnya.(Anonim, 2010b)
Kadar air kayu terikat langsung dengan kelembaban relatif udara sekitar. Semakin tinggi kelembaban relatif, semakin tinggi MC kayu. Periode. Jika Anda memasang kayu yang baru saja diangkut, atau dipasang pada pekerjaan, mungkin memerlukan sedikit waktu untuk bahan untuk mencapai kadar air keseimbangannya (EMC) dengan udara-kata lain, untuk kayu untuk mengakomodasi ke Tingkat kelembaban untuk iklim di seluruh kayu: kayu dapat mengambil lebih banyak uap air atau mungkin mengering. Misalnya, jika kayu sebesar 10% MC terkena 25% RH, kayu akan kering untuk 5% MC (dan menyusut karena mengering). (Anonim, 2010c)
EMC membantu kita memahami kayu respon harus kelembaban relatif, apakah itu akan mengecilkan atau memperluas. Untuk woodworkers dan tukang kayu, EMC lebih bermanfaat daripada RH. Grafik disederhanakan ke kanan menunjukkan nilai-nilai EMC kayu bila disimpan pada kelembaban dan suhu yang ditunjukkan.(Anonim, 2010c)
Dalam artikel ini, kami akan menjelaskan pentingnya memahami gerakan kayu, bagaimana menggunakan moisture meter untuk mengukur kadar air (MC) dari trim, bagaimana untuk memutuskan kapan beban trim harus ditolak, dan bagaimana untuk
secara akurat memperkirakan berapa banyak langsing akan bergerak setelah itu diinstal. (Anonim, 2010c)
Kebanyakan menyelesaikan tukang menyadari bahwa perubahan musiman dalam kelembaban penyebab trim dan lantai menyusut di musim dingin dan memperluas di musim panas. Tapi sedikit yang menyadari bahwa gerakan diharapkan dapat diprediksi secara akurat dan potensi masalah dihindari. Ini premis kami bahwa dengan moisture meter dan pemahaman tentang gerakan kayu, sebagian besar masalah gerakan kayu dapat dihindari. Plus, dengan data ini, menyelesaikan tukang akurat dapat memprediksi bagaimana memangkas dan lantai akan berperilaku setelah itu diinstal. (Anonim, 2010c)
Gerakan kayu - Anda Tidak Bisa Stop It
Kayu adalah higroskopis, yang berarti yang MC akan berfluktuasi berdasarkan pada kelembaban relatif (RH) dari udara di sekitarnya. Kelembaban meningkat, meningkat MC, dan kayu mengembang, dan kelembaban berkurang, MC menurun, dan kayu menyusut. Hubungan ini disebut sebagai Equilibrium Moisture Content (EMC), dan dapat diprediksi secara akurat. (Anonim, 2010c)
Berlebihan MC dalam materi yang disampaikan
Optimal MC untuk millwork interior 6-8%. Dalam dunia nyata, materi Anda mungkin tiba sekitar 9-10%. Untuk instalasi di daerah pemanas, pembacaan disukai adalah di kisaran 12-14%, dengan asumsi area dilindungi dari cuaca. Dalam kebanyakan kasus, Anda dapat menangani dengan bahan yang beberapa poin yang tinggi, namun perlu diingat bahwa yang lebih luas saham, semakin besar gerakan. Idealnya, kadar air kayu tidak harus mengubah lebih dari 2% saat mulai digunakan. (Anonim, 2010c)
A. Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut atau dapat pula dikatakan ekstraksi merupakan proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogeny menggunakan pelarut cair sebagai separating gen, pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponene-komponen dalam campuran. Ekstraksi pelarut cair-cair merupakan satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran yang dipisahkan dengan bantuan pelarut, ektraksi cair-cair tidak dapat digunakan apabila pemisahan campuran dengan cara destilasi karena kepekaannya terhadap panas atau tidak ekonomis. Seperti pada ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri dari pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair sempurna (Wibawads, 2012).
Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang pertarna sebagai media pembawa dan masuk ke dalam pelarut kedua sebagai media ekstraksi. Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak. saling melarut atau hanya dalam daerah yang sempit. Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes kecil. Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh, karena akan menyebabkan terbentuknya emulsi yang tidak dapat lagi atau sukar sekali dipisah. Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes harus menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain. Kecepatan Pembentukan fasa homogen ikut menentukan keluaran sebuah ekstraktor cair-cair (Ekstraksi Cair, 2012).
Penyiapan bahan yang akan diekstrak dan pelarut Selektivitas Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Kelarutan Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar atau kebutuhan pelarut lebih sedikit. Kemampuan tidak saling bercampur Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh atau hanya secara terbatas larut dalam bahan ekstraksi. Kerapatan Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fase dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran. Bila beda kerapatannya kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal. Reaktivitas Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen-kornponen bahan ekstarksi. Sebaliknya, dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan. Titik didih Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak membentuk ascotrop. Ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (Ekstraksi, 2012).
Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl3), Kloroform dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius, meskipun kebanyakan digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium atau industri. Wujudnya pada suhu ruang berupa cairan, namun mudah menguap sedangkan Aseton, juga dikenal sebagai propanon, dimetil keton, 2-propanon, propan-2-on, dimetilformaldehida, dan β-ketopropana, adalah senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Ia merupakan keton yang paling sederhana (Kloroform, 2012).
Aseton larut dalam berbagai perbandingan dengan air, etanol, dietil eter dan sebagainya. Ia sendiri juga merupakan pelarut yang penting. Aseton digunakan untuk membuat plastik, serat, obat-obatan, dan senyawa-senyawa kimia lainnya. Selain dimanufaktur secara industri, aseton juga dapat ditemukan secara alami, termasuk pada tubuh manusia dalam kandungan kecil (Aseton, 2012).
Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya pendingin balik (kondensor). Disini sampel disimpan dalam alat Soxhlet dan tidak dicampur langsung dengan pelarut dalam wadah yang di panaskan, yang dipanaskan hanyalah pelarutnya, pelarut terdinginkan dalam kondensor dan pelarut dingin inilah yang selanjutnya mengekstraksi sampel (Ekstraksi Soxhlet, 2012)
Bahan yang digunakan dalam ekstraksi pelarut padat cair dengan menggunakan ekstraksi soxhlet yaitu kloroform sebagai pelarut cair, sedangkan kacang tanah sebagai sampel padat.Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl3). Kloroform dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius, meskipun kebanyakan digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium atau industri. Wujudnya pada suhu ruang berupa cairan, namun mudah menguap (Kloroform, 2012).
Kacang tanah kaya dengan lemak, mengandungi protein yang tinggi, zat besi, vitamin E dan kalsium, vitamin B kompleks dan Fosforus, vitamin A dan K, lesitin, kolin dan kalsium. Kandungan protein dalam kacang tanah adalah jauh lebih tinggi dari daging, telur dan kacang soya, mempunyai rasa yang manis. Kacang tanah mengandung fitosterol yang justru dapat menurunkan kadar kolesterol dan level trigliserida, dengan cara menahan penyerapan kolesterol dari makanan yang disirkulasikan dalam darah dan mengurangi penyerapan kembali kolesterol dari hati, serta tetap menjaga HDL kolesterol. Kacang tanah juga mengandung arginin yang dapat merangsang tubuh untuk memproduksi nitrogen monoksida yang berfungsi untuk melawan bakteri tuberculosis (Kacang Tanah, 2012).
Ekstraksi adalah pemurnian suatu senyawa. Ekstraksi cair-cair merupakan suatu teknik dalam suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang pada dasarnya tidak saling bercampur dan menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat terlarut (solute) kedalam pelarut kedua itu. Perpisahan itu dapat dilakukan dengan mengocok-ngocok larutan dalam sebuah corong pemisah selama beberapa menit. Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analitik yang dituju dari pengganggu dengan cara melakukan partisi sampel seperti sampel antara dua pelarut yang tidask saling bercampur. Salah satu fasenya berupa air dan fase lainya adalah pelarut organik. Selain itu,ekstraksi pelarut juga digunakan untuk meningkatkan analitik yang ada dalam sampel dengan jumlah kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau kuanntifikasinya. Anonim, 2013b) Secara umum terdapat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi :
1. Senyawa kimia yang diketahui identifikasinya untuk diekstraksi dari organisme.
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu misalnya alkaloid, meskipun struktur kimia sebenarnya dari senyawa ini bahkan keberadaanya belum diiketahui.
3. Organisme digunakan dalam pengobatan tradisional dan biasanya dibuat dengan cara, tradisional Chinese medicine seringkali membutuhkan herba yang didihkan dalam air dan dekuk dalam air diberikan untuk sebagai obat.
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun.(anonim, 2011).
Suatu campuran ephedrine (sebagai garam hidroklorida atau sulfat) dan asam barbiturate merupakan kombinasi obat yang umum digunakan. Ekstrak eter masing-masing dapat ditentukan kadarnya menggunakan cara penetapan yang paling mudah dan sesuai untuk masing-masing zat yang telah dipisahkan. Disini perlu ditetapkan terlebih dahulu koefisien partisi masing-masing zat untuk menentukan jumlah penyari. (Tim Dosen, 2011).
Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan efisiensi terbatas, maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase. Kesetimbangan kimia yang melibatkan perubahan pH, kompleksasi, pasangan ion, dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali analit dan atau menghilangkan pengganggu.(Anonim, 2011).
C. Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan pelarut. Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk, meningkatkan larutan sebelum proses lebih lanjut, memperkecil volume larutan, menurunkan aktivitas air.(Luqman 2012)
Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk:
1. Meningkatkan konsentrasi atau viskositas larutan sebelum diproses lebih lanjut. Sebagai contoh pada pengolahan gula diperlukan proses pengentalan nira tebu sebelum proses kristalisasi, spray drying, drum drying dan lainnya
2. Memperkecil volume larutan sehingga dapat menghemat biaya pengepakan, penyimpanan dan transportasi
3. Menurunkan aktivitas air dengan cara meningkatkan konsentrasi solid terlarut sehingga bahan menjadi awet misalnya pada pembuatan susu kental manis.
Sebagai bagian dari suatu proses di dalam pabrik, alat evaporasi mempunyai dua fungsi, yaitu merubah panas dan memindahkan uap yang terbentuk dari bahan cair. Ketentuan-ketentuan penting pada praktek evaporasi adalah :
1. Suhu maksimum yang diperkenankan yaitu sebagian besar dibawah 212 F.
2. Promosi perputaran bahan cair melalui permukaan pindah panas, untuk mempertahankan koefisien pindah panas yang tinggi dan untuk menghindari setiap pemanasan global yang terlalu tinggi.
3. Kekentalan bahan cair yang selalu meningkat dengan cepat karena meningkatnya jumlah bahan yang tidak terlarut.
4. setiap kecenderungan untuk berbusa yang mempersulit pemisahan bahan cair dengan uap.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi kecepatan pada proses evaporasi adalah :
1. Kecepatan hantaran panas yang diuapkan ke bahan
2. Jumlah panas yang tersedia dalam penguapan
3. Suhu maksimu yang dapat dicapai
4. Tekanan yang terdapat dalam alat yang digunakan
5. Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama proses penguapan.
Dalam prakteknya ada beberapa faktor yang harus diperhatikan selama proses penguapan meliputi :
1. sirkulasi udara sehingga proses penghantaran panas tinggi.
2. terjadinya kenaikan viskositas
3. terbentuknya deposit pada evaporator
4. kehilangan aroma
5. kelarutan zat padat.
Mekanisme kerja evaporator adalah steam yang dihasilkan oleh alat pemindah panas, kemudian panas yang ada (steam) berpindah pada bahan atau larutan sehingga suhu larutan akan naik sampai mencapai titik didih. Steam masih digunakan atau disuplay sehingga terjadi peningkatan tekanan uap. Di dalam evaporator terdapat 3 bagian, yaitu:
1. Alat pemindah panas
Berfungsi untuk mnsuplai panas, baik panas sensibel (untuk menurunkan suhu) maupun panas laten pada proses evaporasi. Sebagai medium pemanas umumnya digunakan uap jenuh.
2. Alat pemisah
Berfungsi untuk memisahkan uap dari cairan yang dikentalkan.
3. Alat pendingin
Berfungsi untuk mengkondnsasikan uap dan memisahkannya. Alat pendingin ini bisa ditiadakan bila sistem bekerja pada tekanan atmosfer.
Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam proses evaporasi
Selama proses evaporasi dapat terjadi perubahan-perubahan pada bahan, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Perubahan-perubahan yang terjadi antara lain perubahan viskositas, kehilangan aroma, kerusakan komponen gizi, terjadinya pencokelatan dll.
Pemekatan dapat dilakukan melalui penguapan, proses melalui membrane, dan pemekatan beku. Peralatan yang digunakan untuk memindahkan panas ke bahan bermacam-macam bentuk dan jenisnya. Penggunaan bermacam-macam peralatan ini akan berpengaruh pada kemudahan penguapan dan retensi zat gizi. Pada waktu air menguap dan larutan menjadi pekat, terjadi beberapa perubahan penting. Pertama zat terlarut reaktif menjadi lebih pekat dan laju kerusakan kimiawi dapat meningkat. Kedua terjadikenaikan titik didih. Ketiga viskositas larutan meningkat dengan tajam, jika viskositas meningkat, maka cairan menjadi sulit dipanaskan. Kesulitan ini menyebabkan penyebaran suhu yang tidak seragam sehingga dapat terjadi bercak panas dan hangus. Hal ini sangat mempengaruhi retensi zat gizi. Sebagai contoh adalah susu dan produk olahannya yang merupakan produk umum dengan kadar protein tinggi yang dipekatkan. Karena adanya gula reduksi kerusakan terjadi pada lisin. Hasil riset tahum 1960 menunjukkan bahwa pada susu kental manis yang diolah dengan retort pada suhu 113° C Selma 15 menit, retensi lisin yang tersedia adalah 80%. Sedangkan pada susu kental manis yang tidak diolah dengan retort retensi lisin yang tersedia adalah 97%. Kerusakan vitamin pada proses pemekatan hamper tidak terjadi selama proses pemekatan itu dilakukan dengan benar. Sari buah yang dikentalkan pada suhu rendah menunjukkan retensi menunjukkan retensi vitamin C sebesar 92 – 97%. Thiamin adalah perkecualian, selama pemekatan zat ini dapat mengalami susut sebesar 14 – 27%. Retensi zat gizi juga dipengaruhi oleh lama waktu pemanasan larutan di dalam evaporator. Semakin lama lama pemanasan maka retensi zat gizi semakin menurun.(Luqman 2012)
Besarnya suhu dan tekanan evaporator sangat berpengaruh terhadap proses penguapan cairan. Semakin tinggi maka semakin cepat proses evaporasi, tetapi dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan yang dapat menurunkan kualitas bahan.
Evaporasi merupakan proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan pelarut. Dalam proses evaporasi, evaporator memiliki dua fungsi yaitu memindahakan panas dan memisahkan uap yang terbentuk dari campuran cairannya. Pada dasarnya sistem evaporator terdiri dari alat pemindah panas yang berfungsi untuk mensuplai panas, baik panan sensibel ( untuk menaikkan suhu) maupun panas laten pada proses evaporasi. Sebagai medium pemanas, umumnya digunakan uap jenuh. Alat pemindah uap berfungsi untuk memisahkan uap air dari cairan yang dikentalkan, sedangkan alat pendingin berfungsi untuk mengkondensasikan uap dan memisahkannya. Untuk mengkondensasikan uap dapat digunakan kondensor.(Luqman 2012)
Evaporasi adalah proses pemekatan larutan dan cara mendidihkan atau menguapkan pelarut. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama pross evaporasi antara lain, peningkatan viskositas, kehilangan aroma dan warna, kerusakan beberapa komponen gizi dan pencoklatan. Adapun faktor yang mempengaruhi evaporasi adalah suhu, tekanan, viskositas cairan, dan adanya kerak.(Luqman 2012)
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses evaporasi terhadap kecepatan penguapan, perubahan komponen kimia bahan pangan dan lainnya :
1. Suhu dan Tekanan
Suhu evaporasi berpengaruh pada kecepatan penguapan. Makin tinggi suhu evaporasi maka penguapan yang terjadi semakin cepat. Namun, penggunaan suhu yang tinggi dapat menyebabkan beberapa bahan yang sensitive terhadap panas mengalami kerusakan. Untuk memperkecil resiko kerusakan tersebut maka suhu evaporasi yang digunakan harus rendah. Suhu evaporasi dapat diturunkan dengan menurunkan tekanan evaporator.
2. Lama Evaporasi
Makin tinggi suhu evaporasi maka penguapan yang terjadi semakin cepat. Semakin lama evaporasi yang terjadi maka semakin banyak zat gizi yang hilang dari bahan pangan. Suhu evaporasi seharusnya dilakukan serendah mungkin dan waktu proses juga dilakukan sesingkat mungkin.
3. Luas permukaan
Dengan lebih luasnya permukaan bahan maka semakin luas pula permukaan bahan pangan yang berhubungan langsung dengan medium pemanasan dan lebih banyak air yang dapat keluar dengan cepat dari bahan makanan sehingga evaporasi semakin cepat. Semakin cepat evaporasi yang terjadi maka semakin banyak air dan bahan pangan sensitive panas yang hilang dari bahan pangan.
4. Jenis Bahan dan Viskositas Cairan
Jenis bahan juga mempengaruhi teknik evaporasi yang digunakan. Seperti halnya pada pembuatan sari buah yang sangat pekat yang cepat sekali meningkat viskositasnya ketika dipanaskan, sehingga diperlukan perlakuan khusus untuk menurunkan kekentalannya misalnya dengan menggunakan teknik ultrasonic. Sebagian jenis makanan ada yang mengandung komponen yang sangat korosif terhadap permukaan alat penukar panas, sehingga sebaiknya menggunakan bahan dari stainless steel dalam pembuatan alat evaporasi. Makin tinggi viskositas cairan, tingkat sirkulasi akan menurun, sehingga menurunkan koefisien transfer panas. Hal ini akan menghambat proses penguapan. Selama proses evaporasi viskositas larutan akan mengalami kenaikan karena meningkatnya konsentrasi.
5. Adanya kerak
Selama proses evaporasi adanya padatan yang tersuspensi dalam cairan akan menimbulkan kerak pada evaporator. Adanya kerak tersebut menyebabkan koefisien transfer panas mengalami penurunan sehingga proses penguapan terhambat.
Adapun tujuan dari evaporasi pada pengolahan hasil pertanian adalah untuk :
1. Meningkatkan larutan sebelum diproses lebih lanjut, misalnya pada pengolahan gula diperlukan proses pemgentalan nira tebu sebelum proses kristalisasi.
2. Memperkecil volume larutan sehingga dapat menghemat biaya pengepakan, penyimpanan dan transpor.
3. Menurunkan aktivitas air (aw).
Suhu evaporasi sangat berpengaruh terhadap warna larutan.
Semakin tinggi suhu evaporasi maka warna akan semakin pudar. Karoten merupakan campuran dari beberapa senyawa alfa, beta, dan gama karoten karoten merupakan hidrokarbon atau turunannya yang terdiri dari beberapa unit isoprena (suatu diena). Karoten peka terhadap panas dan larut dalam air. Apabila dipanaskan karoten akan rusak sehingga dapat mengubah warna larutan tidak seperti aslinya.
Semakin tinggi tingkat kepekatan larutan maka proses evaporasi juga semakin berjalan lambat. Hal ini disebabkan karena tingginya viskositas larutan dapat menyebabkan tingkat sirkulasi menjadi turun sehingga menurunkan koefisien transfer panas. Hal ini yang dapat menghambat proses penguapan. Suhu evaporasi yang tinggi dapat mempercepat proses evaporasi sebab proses pemanasan dapat meningkatkan viskositas karena konsentrasi juga semakin meningkat. Namun apabila suhu evaporasi terus-menerus dinaikan maka kecepatan evaporasi juga tidak dapat dinaikan sebab larutan mempunyai viskositas yang tinggi dan konsentrasinya juga sudah tinggi sehingga proses penguapan semakin lambat dan proses evaporasi juga berjalan lambat.
Perubahan yang terjadi pada proses evaporasi, selama proses evaporasi terjadi perubahan yang di kentalkan perubahan tersebut dapat memberikan efek yang menguntungkan maupun yang merugikan. Beberapa perubahan tersebut antara lain:
a) Peningkatan viskositas.
Selama proses evaporasi terjadi penguapan pelarut sehingga konsentrasi larutan meningkat akibatnya viskositas larutan juga meningkat. Peningkatan konsentrasi larutan menyebabkan terjadi kenaikan titik didih. Suhu penguapan titik didih larutan lebih tinggi daripada pelarut murni pada tekanan yang sama, larutan yang makin pekat titik didih makin tinggi.
Larutan yang semakin pekat, maka semakin tinggi titik didihnya. Peningkatan konsentrasi ditandai dengan kenaikan derajat brix pada larutan. Sebagai contoh pada pengolahan gula merah karena proses evaporasi terjadi peningkatan derajat brix dari 15-18° brix menjadi 70° brix.
b) Kehilangan aroma atau warna
Komponen aroma dan flavor pada beberapa bahan cairan seperti pada jus buah lebih mudah menguap daripada air. Jika bahan tersebut dievapoasi akan menyebabkan penurunan kualitas pada konsentrat yang dihasilkan. Hal ini dapat dicegah dengan cara memisahkan komponen yang mudah menguap dengan cara destilasi fraksional. Dari hasil destilasi diperoleh essens. Selanjutnya essens tersebut dicampurkan lagi pada konsentrat
c) Pencoklatan.
Beberapa bahan yang banyak mengandung gula pada proses evaporasi akan mengalami pencoklatan. Pencoklatan akan lebih intensif bila proses evaporasi dilakukan pada suhu tinggi atau pada kondisi basa (pH tinggi). Pencoklatan terjadi karena reaksi maillard atau karena karamelisasi. Pada beberapa pengolahan terjadinya pencoklatan selama proses evaporasi memang dikehendaki seperti misalnya pada pengolahan gula kelapa, kecap dan sebagainya. Namun demikian, pencoklatan yang berlebihan dapat menurunkan kualitas produk yang dihasilkan. Pada beberapa pengolahan seperti pengolahan susu, gula pasir dan lainnya proses pencoklatan evaporasi tidak diinginkan. Untuk mencegah terjadinya pencoklatan tersebut proses evaporasi dilakukan pada suhu rendah. Hal ini dapat dicapai dengan menurunkan tekanan evaporator dan api di bawah tekanan atmosfir (vakum). Proses evaporasi pada pH rendah juga dapat mengurangi terjadinya pencoklatan namun akan menyebabkan terjadinya inverse sukrosa.
d) Pembentukkan buih.
Pembentukkan buih pada proses evaporasi dapat menghambat transfer panas.
e) Kerusakan bahan.
Pada proses evaporasi yang terjadi pada bahan-bahan yang peka terhadap panas akan mengakibatkan kerusakan bahan. Beberapa komponen gizi yang sensitif terhadap panas akan mengalami kerusakan pada proses evaporasi yang dilakukan pada suhu tinggi. Beberapa komponen gizi tersebut antara lain adalah vitamin C, vitamin A, protein dan sebagainya
f) Pembentukkan kerak.
Sebagian besar kandungan dari larutan gula 40% yang digunakan dalam percobaan adalah sukrosa yang merupakan komponen monosakarida yang pada umumnya memiliki dapat mengalami karamelisasi jika dipanaskan pada suhu yang melebihi titik didihnya. Warna coklat yang terjadi pada larutan gula yang dipanaskan akan semakin gelap dan larutan menjadi semakin pekat (karena pemanasan menyebabkan tingginya viskositas larutan) bila pemanasan dilakukan semakin lama. Hal ini dapat dilihat dari data pengamatan dimana pada perlakuan pemanasan selama 15 menit warna larutan semakin gelap dan kepekatan yang diamati dari pengukuran dengan menggunakan refraktometer pada perlakuan setelah pemanasan 15 menit adalah 34 (memiliki nilai paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya).
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM SIFAT-SIFAT DASAR KAYU
Nama Percobaan : 1. Penyiapan Sampel Tumbuhan
Kelompok : 8(Delapan)
Nama : 1. Muhammad Rafii Nur Fauzan (1404015189)
2. Ahmad (1404015191)
3. Muhammad Haris Hamonangan (1404015193)
4. Muhammad Adnan Kusuma (1404015197)
5. Sandy Aristian (1404015199)
6. Eriko Ragil Martino (1404015201)
7. Mas Ayu Angraini (1404015203)
8. Eriana Tripatmawati (1404015205)
Program Studi :Kehutanan
Mengetahui,
Asisten Pendamping
|
Samarinda,16 Desember 2015
Tim Penyusun
|
Desi Fresensia
|
Kelompok 8
|
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu : Sabtu, 7 November 2015
Tempat : Laboratorium Kimia Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman
3.2 .Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
1. Sarung tangan kaos
2. Parang/pisau
3. Blender
3.2.2. Bahan
1. Sampel tumbuhan
2. Plastik klip
3.3. Prosedur praktikum
1. Sampel tumbuhan yang berasal dari lapangan dikeringanginkan diruang teduh selama 24 jam.
2. Di bagian – Bagian tumbuhan (daun, buah, ranting, batang, akar, dll) diolah menjadi bagian yang lebih kecil dengan menggunakan parang, pisau atau gunting.
3. Di sekitar 30 g bagian tumbuhan yang mudah dihancurkan, diolah menjadi serbuk dengan menggunakan blender
4. Di masukan sampel serbuk kedalam plastik klip yang telah diberi kode tentang informasi darimana sampel berasal, jenis sampel dan tanggal sampel disiapkan
5. Dibiarkan sampel berada diruang konstan (suhu ruang 21C, 65% kelembaban relative) selama kurang lebih 2 hari dengan dilakukan secara periodik agar kadar kelembaban merata.
6. Di tutup plastik klip yang telah berisi sampel untuk menjaga agar kelembaban tidak berubah hingga sampel digunakan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Data percobaan :
Sampel : Macaranga lowii
Bagian : Kulit
Berat Basah : 281,05 gram
Berat setelah di blender : 163,53
4.2. Pembahasan
Dalam pengambilan sampel dilapangan sampel diambil dengan cara, bagian pohon yang terdapat kulitnya, yaitu batang kemudian kulit diserut dengan pisau secara hati-hati jangan sampai terambil bagian batangnya. Kemudian kulit yang diperoleh dimasukkan kedalam wadah lalu ditimbang dengan neraca digital. Lalu sampel dikering anginkan pada tempat yang teduh selama ± 24jam.
Proses pengeringan sampel dimana berat sampel dari lapangan (281,05 gram) berubah menjadi lebih ringan setelah dikeringkan dan diblender menjadi (163,53 gram). Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses pengeringan bagian tanaman Macaranga lowii bagian kulit, senyawa-senyawa yang terdapat dalam bagian kulit akan mengalami proses penguapan, seperti air dan senyawa-senyawa yang mempunyai sifat mudah menguap yang tinggi akan menguap ke udara melalui proses pengeringan suhu ruangan. Melalui proses pengeringan dengan suhu ruangan akan membuat sampel lebih baik dalam mencapai kadar air kayu optimal dan tidak merusak senyawa-senyawa ekstraksi yang dibutuhkan atau diperlukan Setelah dikering anginkan sampel diblender sehalus mungkin dan ditimbang dengan neraca digital. Lalu sampel dimasukkan dalam plastik klip. Kemudian ditutup.
Pertanyaan :
1. Sebutkan tahapan penyiapan sampel tumbuhan untuk analisa kimia !
Jawab :
Ø Sampel tumbuhan yang berasal dari lapangan dikeringanginkan di ruang teduh selama ±24 jam;
Ø Bagian – bagian tumbuhan (daun, buah, ranting, batang, akar, dll) diolah menjadi bagian yang lebih kecil dengan menggunakan parang, pisau atau gunting;
Ø Sekitar 30 g bagian tumbuhan yang mudah dihancurkan, diolah menjadi serbuk dengan menggunakan blender;
Ø Masukkan sampel serbuk ke dalam plastik klip yang telah diberi kode tentang informasi darimana sampel berasal, jenis sampel dan tanggal sampel disiapkan;
Ø Biarkan sampel berada di ruang konstan (suhu ruang 21°C, 65% kelembaban relative) selama kurang lebih 2 hari dengan dilakukan secara periodik agar kadar kelembaban merata;
Ø Tutup plastik klip yang telah berisi sampel untuk menjaga kelembaban agar tidak berubah hingga sampel digunakan.
2. Mengapa bagian tumbuhanharus disiapkan terlebih dahulu sebelum analisi kimia dilakukan ?
Jawab :
Ø Agar sampel berada pada kadar kelembapan merata dan mempunyai kadar air kayu yang optimal.
Ø Untuk menjaga kelembapan agar tidak berubah hingga sampel digunakan.
Ø Agar sampel yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dan memenuhi syarat sebagai sampel yang akan di uji coba.
3. Mengapa sampel harus dikeringkan?
Jawab :
Untuk mengurangi kadar air sampel
4. Apa yang dimaksud ruang konstan ?
Jawab :
Ruang konstan adalah sebuah ruang dimana ruang tersebut bersuhu 200C dengan kelembapan 65% sehingga menciptakan kadar air kayu optimal yaitu berkisar antara 12 – 18%.
5. Mengapa sampel perlu disimpan dalam ruang konstan ?
Jawab :
Menjaga agar kayu memiliki kadar air optimal yaitu berkisar antara 12 – 18%.
6. Informasi apa saja yang sebaiknya dituliskan pada plastik sampel ?
Jawab :
1. Dari mana sampel berasal
2. Jenis sampel
3. Tanggal sampel disiapkan.
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM SIFAT-SIFAT DASAR KAYU
Nama Percobaan : 2. Penentuan Faktor Kelembaban/Moisture Factor
Kelompok : 8(Delapan)
Nama : 1. Muhammad Rafii Nur Fauzan (1404015189)
2. Ahmad (1404015191)
3. Muhammad Haris Hamonangan (1404015193)
4. Muhammad Adnan Kusuma (1404015197)
5. Sandy Aristian (1404015199)
6. Eriko Ragil Martino (1404015201)
7. Mas Ayu Angraini (1404015203)
8. Eriana Tripatmawati (1404015205)
Program Studi :Kehutanan
Mengetahui,
Asisten Pendamping
|
Samarinda,16 Desember 2015
Tim Penyusun
|
Farida Fitriani Purba
|
Kelompok 8
|
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Hari/Tanggal : Selasa, 24 November 2015
Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia Hasil Hutan
Fakultas : Kehutanan, Universitas Mulawarman
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
1. Botol timbang
2. Timbangan digital
3. Oven
4. Spatula/sendok
5. Kertas label
6. Desikator
3.2.2. Bahan
1. Sampel
3.3. Prosedur Percobaan
1. Di Lakukan MF dilakukan sebanyak 3 ulangan;
2. Dibuat tabel yang memuat : no (kolom 1), nama sampel (kolom 2), berat botol timbang (kolom 3);
3. Di timbang botol timbang kosong dalam 4 angka desimal dan catat dalam tabel pada buku pengamatan;
4. Di tera berat penimbangan (tekan auto zero);
5. Di timbang sampel serbuk sebanyak 2 g dan catat berat penimbangan dalam tabel pada buku pengamatan;
6. Di masukkan botol timbang ke dalam oven pengering yang suhunya telah diatur pada 105 0C
7. Di biarkan sampel berada didalam oven selama 24 jam;
8. Di setelah dilakukan pengeringan selama 24 jam, masukkan botol timbang yang telah berisi sampel kedalam desikator dan biarkan selama 15-30 menit hingga suhu dinding desikator terasa dingin;
9. Di Timbang botol timbang yang berisi sampel dan catat beratnya dalam tabel pada buku pengamatan;
10. Di lakukan proses dalam 3 ulangan;
11. Di hitung nilai rataan faktor kelembapan/MF dari 3 ulangan pengamatan dan catat simpangan baku (standar deviasi)nya berdasarkan rumus :
MF = Berat Sampel Kering Tanur (KT) / berat sampel awal
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
(Tabel 1. Hasil Pengamatan dan perhitungan Moisture factor/Faktor Kelembapan)
Ulangan
|
Berat Cawan
|
Berat Sampel Awal
|
Berat cawan+ sampel Awal
|
Berat cawan + Sampel Kering Tanur
|
Berat Sampel Kering Tanur
|
MF
|
1
|
50,0430 g
|
2,0002 g
|
60,0432 g
|
58,8899 g
|
1,8489 g
|
0,9234 g
|
2
|
56,8795 g
|
2,0003 g
|
58,8798 g
|
58, 8798 g
|
1,8318 g
|
0,9158 g
|
3
|
37, 9502 g
|
2,0000 g
|
39, 9502 g
|
39, 9502 g
|
1,0504 g
|
0,5158 g
|
Rataan
|
0,7882 g
|
4.2. Pembahasan
Dari hasil Pengamatan yang telah dilakukan pada kulit kayu Macaranga lowii berat sampel awal C1 = 2,0002 g ; C2 = 2,0003 g ; C3 = 2,0000 dan setelah dikeringkan C1 = 1,8469 g ; C2 = 1,8318 g ; C3 = 1,0504 g hal ini menunjukkan setelah dikeringkan pada suhu 1050C dengan waktu ± 24 jam keseluruhan sampel terjeadi penurunan berat hal ini menunjukkan pada sampel awal kadar air relatif tinggi dan pada saat setelah dikeringkan kadar air mendekati nol. MF menunjukkan kadar air dalam sampel dengan rata-rata yaitu 0,7882.
Pertanyaan :
1. Apa yang dimaksud dengan faktor kelembapan atau MF?
Jawab
Faktor kelembapan atau MF adalah faktor yang mempengaruhi konsentrasi uap air diudara.
2. Mengapa perhitungan MF dilakukan?
Karena dengan mengetahui MF kita dapat mengetahui berapa besar pengaruh faktor kelembapan terhadap sampel
3. Bagaimana cara menghitung nilai MF?
Jawab
MF = Berat Sampel Kering
Berat Sampel Awal
4. Apa yang dimaksud berat konstan?
Jawab
Berat konstan adalah berat yang mempunyai ukuran tetap mulai dari penimbangan pertama hingga dilakukan penimbangan kembali
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM SIFAT-SIFAT DASAR KAYU
Nama Percobaan : 3. Ekstraksi
Kelompok : 8(Delapan)
Nama : 1. Muhammad Rafii Nur Fauzan (1404015189)
2. Ahmad (1404015191)
3. Muhammad Haris Hamonangan (1404015193)
4. Muhammad Adnan Kusuma (1404015197)
5. Sandy Aristian (1404015199)
6. Eriko Ragil Martino (1404015201)
7. Mas Ayu Angraini (1404015203)
8. Eriana Tripatmawati (1404015205)
Program Studi :Kehutanan
Mengetahui,
Asisten Pendamping
|
Samarinda,16 Desember 2015
Tim Penyusun
|
Margaretta Elregina Br Karo
|
Kelompok 8
|
BAB III
METEDOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Waktu : Jumat, 20 November 2015
Tempat : Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan,Universitas Mulawarman.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat :
1. Cawan petri
2. Timbangan digital
3. Gelas kaca
4. Gelas ukur 250ml
5. Gelas piala 200ml
6. Alumunium foil
7. Plastik Wrap
8. Botol kaca
9. Kertas saring
10. Corong kaca
3.2.2. Bahan
1. Metanol 195 ml
2. Sampel 50 gram
3.3. Prosedur Praktikum
1. Ekstraksi dilaksanakan dengan teknik maserasi menggunakan pelarut metanol;
2. Di timbang sampel tumbuhan sebanyak ±50 g dan catat hasil penimbangan di tabel pada buku pengamatan;
3. Dimasukkan sampel tumbuhan ke dalam botol maserasi (gelas kaca);
4. Dituangkan metanol ke dalam botol maserasi hingga seluruh sampel terendam dengan sempurna (perbandingan sampel dan pelarut sekitar 1 : 10);
5. Dibiarkan sampel tumbuhan terendam dalam pelarut selama ± 48 jam. Lakukan pengadukan untuk mempercepat proses pengeluaran ekstrak;
6. Dipindahkan larutan ekstrak ke wadah kaca lain dengan menggunakan corong kaca yang telah dilapisi dengan kertas saring;
7. Disimpan larutan ekstrak di tempat yang terlindung dari cahaya matahari dan tertutup.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
(Tabel 2. Hasil Percobaan dalam proses ekstraksi Macaranga lowii bagian kulit)
Sampel
|
Berat
|
Pelarut
|
Hasil
|
Macaranga lowii (Kulit)
|
50 g
|
Metanol 200 ml
|
Terjadi perubahan warna larutan dari tidak berwarna menjadi hijau gelap.
|
4.2. Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan. Pertama ambil sampel kulit, timbang seberat 50 g. Kemudian masukkan ke dalam botol bening dan larutkan metanol dalam tiap botol sebanyak 200 ml. Setelah itu, tutup botol menggunakan alumunium foil setelah selesai beri label pada botol.
Tahap terakhir diamkan botol selama 2x24 jam.
Pertanyaan:
1. Apakah yang dimaksud ekstraksi ?
Jawab :
Ekstaksi merupakan suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutan terhadap dua cairan yang tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan lainnya pelarut organik
2. Sebutkan syarat-syarat pelarut dalam proses ekstraksi !
Jawab
1. Harus dapat melarutkan semua zat dengan cepat dan sempurna dan sedikit mungkin melarutkan bahan, serta pelarut harus bersifat selektif.
2. Harus mempunyai titk didih yang cukup rendah, agar pelarut mudah diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi.
3. Pelarut tidak boleh larut dalam air.
4. Pelarut bersifat inert, sehingga tidak bereaksi dengan komponen lain.
5. Pelarut harus mempunyai titik didih yang seragam.
6. Harga pelarut harus serendah mungkin dan tidak mudah terbakar.
3. Mengapa pengadukan dapat mempercepat proses ekstraksi ?
Jawab
Karena isi sel akan larut dalam perbedaan konsentrasi antara larutan didalam sel dengan diluar sel.
4. Bagaimana pengaruh suhu pada proses ekstraksi
Jawab
Suhu pada proses ekstraksi sampel berpengaruh sangat nyata terhadap semua proses pengamatan. Tekstur sampel serta ekstrak total yang diperoleh semakin meningkat.
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM SIFAT-SIFAT DASAR KAYU
Nama Percobaan : 4. Maserasi
Kelompok : 8(Delapan)
Nama : 1. Muhammad Rafii Nur Fauzan (1404015189)
2. Ahmad (1404015191)
3. Muhammad Haris Hamonangan (1404015193)
4. Muhammad Adnan Kusuma (1404015197)
5. Sandy Aristian (1404015199)
6. Eriko Ragil Martino (1404015201)
7. Mas Ayu Angraini (1404015203)
8. Eriana Tripatmawati (1404015205)
Program Studi :Kehutanan
Mengetahui,
Asisten Pendamping
|
Samarinda,16 Desember 2015
Tim Penyusun
|
Margaretta Elregina Br Karo
|
Kelompok 8
|
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Hari/Tanggal : Jumat, 4 Desember 2015
Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia Hasil Hutan
Fakultas : Kehutanan, Universitas Mulawarman
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
1. Gelas
2. Cawan Petri
3. Plastik Wrap
4. Kertas Saring
5. Gelas Ukur
6. Alumunium foil
7. Oven
8. Botol
9. Tabung Erlenmeyer
10. Sarung tangan
11. Kompor listrik
12. Timbangan digital
13. Spatula
3.2.2.Bahan
1. Sampel Macaranga lowii bagian kulit
2. Air Mineral
3.3. Prosedur Percobaan
1. Ditimbang sampel menngunakan timbangan digital sebanyak ± 3 gram hingga 4 kali pengulangan.
2. Dimasukkan sampel kedalam botol maserasi sesuai dengan nomor urutnya
3. Untuk meserasi panas dimasukkan pelarut air mineral dengan suhu ±1000 C dan dimasukkan air mendidih kedalam botol 3 dan 4 sebanyak 50 ml. Ditutup dengan alumunium foil dan diwrapping.
4. Untuk maserasi dingin dimasukkan pelarut air mineral sebanyak 50 ml pada botol 1 dan 2. Ditutup menggunakan alumunium foil dan wrapping.
5. Siapkan kertas saring whatman sebanyak 4 lembar, kemudian ditaruh dicawan petri dan dioven ± 24 jam
6. Kertas saring yang telah dioven lalu diangkat dan dimasukkan kedalam desikator selama ±15 menit
7. Timbang kertas saring dan dicatat
8. Saring sampel dengan kertas saring dan diberi lubang kecil pada ujung kertas dengan jarum sampai sampel terpisah.
9. Oven kertas saring dan serbuk sampel yang telah digunakan selama ±24 jam
10. Hitung rendemen
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
(Tabel 3. Hasil Percobaan dan Perhitungan Rendemen)
Ulangan
|
Berat sampel serbuk
|
Berat kertas whatman keluar oven
|
Berat kertas + serbuk keluar oven
|
Randemen
|
1
2
3
4
|
3.0002
3.0004
3.0002
1.2082
|
1.1922
1.2021
1.2068
1.2082
|
3.6734
3.7048
3.1432
3.7405
|
17.26 %
16.58 %
35.45 %
15.59 %
|
4.2. Pembahasan
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM SIFAT-SIFAT DASAR KAYU
Nama Percobaan : 5. Pemekatan
Kelompok : 8(Delapan)
Nama : 1. Muhammad Rafii Nur Fauzan (1404015189)
2. Ahmad (1404015191)
3. Muhammad Haris Hamonangan (1404015193)
4. Muhammad Adnan Kusuma (1404015197)
5. Sandy Aristian (1404015199)
6. Eriko Ragil Martino (1404015201)
7. Mas Ayu Angraini (1404015203)
8. Eriana Tripatmawati (1404015205)
Program Studi :Kehutanan
Mengetahui,
Asisten Pendamping
|
Samarinda,16 Desember 2015
Tim Penyusun
|
Rahmini
|
Kelompok 8
|
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Waktu Praktikum.
Waktu :Jumat, 27 November 2015
Tempat :Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman, Samarinda.
3.2. Alat Dan Bahan.
3.2.1. Alat.
1. Botol Maserasi
2. Timbangan Digital
3. Corong Kaca
4. Gelas Ukur 250 ml
5. Rotary Evaporator
6. Oven
3.2.2. Bahan.
1. Larutan Ektrak
2. Metanol
3.3. Prosedur Kerja 1. Pemekatan larutan ekstrak dilaksanakan dengan mengguanakan pemekat berputar (rotary evap urator).
2. Larutan sampel yang telah diproses dari proses ekstraksi, dipindahkan ke labu sampel evaporator.
3. Hubungkan labu sampel ke alat evaporator yang telah diatur suhu penangas airnya pada 40oC dan sirkulasi air pendingin pada 4oC.
4. Atur posisi labu pemekat hingga terendam ½ bagian penangas air
5. Atur putaran labu pemekat pada kecepatan lambat
6. Lakukan pemekatan dengan mengatup katup pelepas tekanan vakum pada posisi yang memungkinkan pelarut dapat berpindah ke labu penampung dengan kecepatan normal.
7. Pemekatan dilakukan hingga sampel pada labu evaporator telah menjadi konsentrat.
8. Pindahkan ekstrak yang telah terkonsentrat ke tabung sampel yang telah diukur beratnya. Lakukan pembilasan dengan sedikit pelarut (aseton) hingga sampel pada labu pemekat telah bersih.
9. Masukkan sampel yang telah terkonsentrat ke vakum oven pada suhu 40oC.
10. Hitung rendemen ekstrak dengan rumus :
Rendemen (%) = (Berat ekstrak/berat kering tanur sampel)x100
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
(Tabel 4. Hasil percobaan pemekatan sampel)
Botol
|
Berat Botol
|
Berat Botol ekstrak
|
Berat ekstrak
|
1
|
10,5354 g
|
12,5410 g
|
2,0056 g
|
Berat sampel kering tanur = Berat sampel × MF rata-rata
= 50 g × 0,7882
= 39,41 gram
4.2. Pembahasan
Dalam proses pemekatan sampel. Terjadi proses pengupan pelarut yang diuapkan oleh rotary evaporator. Dimana dalam 2,0056 g terdapat 5,0891 % rendemen yang terdapat dalam ekstrak. Hal ini menunjukan kandungan pelarut untuk melarutkan zat ekstraksi mempunyai kandungan dalam ekstak.
Pertanyaan :
1. Mengapa sampel ekstrak perlu dipekatkan ?
Jawab
Karena proses ini umumnya memakai medium panas untuk mengurangi kadar air atau cairan pelarut yang ada sehingga kandungan ekstrak suatu sampel meningkat dan mendapatkan ekstrak yang lebih murni.
2. Mengapa diperlukan pengaturan suhu, tekanan, dan kecepatan putar pada pemekat berputar ?
Jawab
· Pengaturan suhu diperlukan agar menjaga kelembaban sampel agar hasilnya bagus karena suhunya tetap.
· Tekanan diperlukan agar tidak ada udara masuk yang bisa mengganggu dan membuat bulbling yang bisa merusak sampel.
· Kecepatan putar diperlukan agar sampel lebih cepat terjadi pemekatan sampel.
3. Bagaimana cara menghitung rendemen ekstrak?
Jawab
Rendemen (%) = (Berat ekstrak / Berat Kering Tanur ) x 100
4. Informasi apa saja yang perlu dicantumkan untuk menggambarkan karakteristik ekstrak.
Jawaban.
· Warna Rendemen
· Berat Rendemen
· Pelarut yang digunakan
· Jenis sampel dan bagian sampel
· Tanggal Pemekatan
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Bagian kayu Macaranga lowii yang telah dipisahkan akan mempunyai tingkat penguapan yang elbih tinggi ketika dikeringkan pada suhu ruangan.
2. Bagian kulit Macaranga lowii lebih mudah kengering dibandingkan bagian yang lain.
3. Pengeringan dengan proses pengeringan suhu ruangan lebih baik untuk mencapai kadar air kayu optimal.
4. Suhu dan kelembapan dapat mempengaruhi berat sampel
5. Moisture Factor rata-rata 0,7882
6. Penurunan berat sampel akhir menunjukkan bahwa kadar air pada sampel awal cukup tinggi dan pada saat dikeringkan kadar air mendekati 0 %
7. Senyawa yang terdapat dalam kulit Macaranga lowii sangat cepat terlarut dengan metanol.
8. Terjadinya proses perubahan warna dari tidak berwarna menjadi hijau gelap yang menunjukkan terbentuknya senyawa dalam kulit.
9. Pelarut metanol bekerja sangat baik dalam proses pelarutan senyawa dalam kulit Macaranga lowii.
10. Penyaringan maserasi menggunakan media panas lebih cepat mengalami proses ekstraksi.
11. Randemen Ekstraksi yang diperoleh adalah u1 = 17,62%, u2 = 16,58 %, u3 = 35,45%, U4 = 15,59 %Berat serbuk sebelum oven lebih ringan dibandingkan serbuk keluar oven, dikarenakan ada tahapan serbuk diberi perlakuan dengan air
12. Rendemen ekstrak yang diperoleh dari berat ekstrak 10,5354 g adalah 2,0056 g.
13. Pemekatan dilakukan agar ekstrak yang diperoleh lebih murni tidak tercampur dengan pelarut.
14. Berat kering tanur diperoleh adalah 39,41 g.
5.2. Saran
1.Untuk praktikum penyiapan sampel sebaiknya alat alat yang ada dilaboratorium ditambah dengan
alat penggiling agar tidak perlu ke laboratorium lain
2. Sebaiknya dalam untuk acara Moisture Factor pemberian informasi agar lebih jelas agar tidak terjadi kesalahan pada saat acara praktikum berlangsung.
3. Sebaiknya dalam acara praktikum ekstraksi praktikan agar lebih tepat waktu saat mengikuti acara praktikum
4. Sebaiknya dalam acara praktikum maserasi praktikan lebih memahami info yang diberikan oleh asisten pendamping
5. Sebaiknya dalam acara pemekatan sebaiknya praktikan lebih memahami materi yang akan dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010a.//contohlaporan26.blogspot.co.id/2010/12/laporan-praktikum-pengering.html Diakses tanggal 14 Desember 2015
Anonim.2010b.http://www.foodqualityandsafety.com/article/moisture-content-analysis/
Diakses tanggal 16 Desember 2015
Anonim.2010c.http://www.thisiscarpentry.com/2010/09/03/moisture-content-wood-moveme nt/ Diakses tanggal 19 Desember 2015
Anonim.2011.http://yellikeroppy.blogspot.co.id/2011/05/laporan-praktikum-ekstraksi-pelarut.html Diakses tanggal 19 Desember 2015
Anonim.2012a.http://furinsign.blogspot.co.id/2012/10/moisture-content-mc-lanjutan-dasar.html Diakses anggal 19 Desember 2015
Anonim.2012.http://luqmanmaniabgt.blogspot.co.id/2012/07/laporan-evaporasi.html. Diakses pada 20 desember 2015.
Anonim.2013a.http://arikimia.blogspot.co.id/2013/06/laporan-ekstraksi-pelarut-cair-cair.html Diaksses tanggal 19 Desember 2015
Anonim.2013bhttp://alexschemistry.blogspot.co.id/2013/03/laporan-ekstraksi-cair-cair.html Diakses tanggal 19 Desember 2015
Anonim.2013c.http://esanugroho26.blogspot.co.id/2014/01/laporan-ekstraksi-pelarut.html Diakses tanggal 19 Desember 2015
Anonim.2012.http://luqmanmaniabgt.blogspot.co.id/2012/07/laporan-evaporasi.html. Diakses pada 20 desember 2015.
0 komentar:
Posting Komentar